Rabu, 02 Januari 2013

LOVE TO 9


          Hari ini Nayla mendelik malas dari tempat tidur, uuuh… hari yang sangat tidak diinginkannya pun datang. Nayla sangat tidak siap untuk menjalani hari barunya, ya..karena tidak ada Aldo disana (cowok yang sudah bikin dia tergila-gila sekaligus sakit hati).
         ”Oke,, ini hari pertama gue menginjakkan kaki di sekolah menengah atas(SMA),” sungut Nayla dengan gaya khasnya. Nayla yang masih sibuk menggerutu dan menyumpahi dirinya yang dianggapnya begok karena tidak bisa mempertahankan cowok yang dicintainya.
            ”Woii…pagi begini sudah masem aja tampang lo,” teriak Mia sahabat Nayla sejak SMP.
            ”Daripada kayak begitu mendingan kita buruan ngedaftar ntar keburu rame, lo nggak mau kan gagal jadi anak SMA?” Nayla dengan wajah polosnya menggelengkan kepalanya.
            ”Kalau gitu buruan!” Dengan sangat malas Nayla mengikuti langkah sahabatnya, maklumlah ini hari pertama dimana siswa-siswi yang telah tamat SMP mendaftar untuk melanjutkan studinya ke jenjang yang setingkat lebih tinggi (SMA).
Berbagai persyaratan untuk dapat masuk ke SMA yang diidamkan tentu membutuhkan perjuangan. Seperti Nayla dan Mia yang rela antre seharian demi menunggu nama mereka dipanggil dan didaftarkan sebagai siswi baru di SMA CARMETTA , yang merupakan SMA favorit.
            ”Gila, begini banget ya penderitaan untuk bisa masuk disekolah ini,” gerutu Mia.
            “Ya sudahlah! yang penting sekarang kita sudah resmi diterima,” sela Nayla mencoba menenangkan sahabatnya yang sibuk menggerutu.
           ”Besok jangan sampai telat dateng! Dan juga persyaratan buat MOS besok ada kan lo catet?” Tanya Nayla pada sahabatnya yang memang pelupa.
            ”Ada kok, tenang aja besok gue nggak bakalan telat,” jawab Mia.
                                                                
ΦΦΦ
            Hari yang dimaksud pun tiba, hari dimana siswa-siswi baru berkumpul untuk mengikuti  kegiatan MOS di SMA CARMETTA.  
            ”Pagi Nay,” sontak Nayla kaget, melihat sohibnya Mia sudah nongol pagi-pagi dirumahnya.
            ”Eeh…ada apa nih, pagi begini lo sudah nyamperin gue, bukannya langsung ke sekolah?”
            ”Gini prend, gue sengaja ke rumah lo biar bisa bareng, sekalian gue minta petenya dong? Nyokap gue nggak sempat beli!” (Yah,,pete salah satu syarat yang diajukan sekolah dalam perlengkapan MOS).
            ”Ye..maunya. Ya sudah ambil aja sendiri di dapur!” Celetuk Nayla sambil nyengir melihat tingkah pola sohibnya itu.
            Nayla dan Mia sudah sejak SMP berteman dan mereka tidak dapat dipisahkan, apalagi Nayla semenjak kejadian itu ia hanya menganggap Mia sebagai satu-satunya sahabat yang dapat ia percaya.
            ”Yuk berangkat! Ntar telat. E…apa semuanya sudah lo bawa?” Sekali lagi Nayla berusaha mengingatkan sahabatnya.
            ”Sudah bos, beres,!” Jawab Mia sambil berkacak pinggang. Nayla sangat bahagia bila melihat tingkah sahabatnya yang satu ini.

            Sesampainya di SMA CARMETTA……

            ”Uuh..gue nervous banget nih, rasanya asing banget,” Nayla tidak dapat menyembunyikan rasa canggungnya.
            ”Tenang aja, ini cuma permulaan, selanjutnya….Here we go!” Mia berusaha meyakinkan Nayla sahabatnya, dan itulah salah satu sikapnya yang membuat Nayla bangga punya sahabat sepertinya, yaitu sikapnya yang pemberani dan pede.

ΦΦΦ

           

Kegiatan MOS segera dimulai, siswa-siswi baru segera disuruh berkumpul di lapangan untuk menyaksikan Apel pagi yang disampaikan oleh kepala sekolah. Yap…sekarang Nayla telah menempati kelas barunya bersama Mia.
            ”Gue nggak nyangka kalau kita sekelas lagi,” kata Mia bahagia, dan Nayla hanya membalasnya dengan sedikit tarikan dibibir. Dia tak bersemangat meskipun sebenarnya Nayla sangat senang bisa sekelas lagi dengan sahabatnya itu, dan sekarang seluruh isi kepalanya hanya dipenuhi bayangan Aldo.
            Tak lama kemudian seseorang memasuki kelas mereka.
            ”Selamat pagi anak-anak,” kata guru yang kini sedang berdiri di depan kelas.         ”Perkenalkan saya guru yang akan membimbing kalian dihari pertama kegiatan MOS ini. Nama saya Melinda, panggil saja saya bu Linda!”
            Satu jam kemudian….
            ”Baiklah waktu pengarahan telah habis, dan sekarang kalian akan dibimbing oleh para kakak senior, saya pamit selamat menikmati kegiatan MOS kalian,” Bu Linda berpamitan dengan siswa-siswi barunya dan pergi meninggalkan kelas. Tak lama kemudian, dua orang kakak senior memasuki kelas kami, merekapun membimbing kami dengan baik, sampai kegiatan pun berakhir.
            ”Aaah….capek juga ya seharian ngikutin kegiatan MOS ini,” teriak Mia.
            ”Yah tepat dugaan gue, nggak akan ada yang menarik dari kegiatan ini, apalagi nggak ada Aldo,” Mia melototkan kedua matanya mendengar kalimat yang dilontarkan Nayla.
            ”Ya ampun Nay, sadar dong lo! Aldo itu sudah nyakitin lo, dia sudah ninggalin lo! Lo itu nggak seharusnya masih memikirkan dia, cowok yang sudah mengkhianati lo!” Mia berusaha meyakinkan Nayla untuk melupakan Aldo karena Aldo dimata Mia hanyalah seorang pecundang yang tega menyakiti hati sahabatnya. “Dan gue yakin banget lo pasti akan menemukan kebahagiaan di sini meski tanpa Aldo.”
         Nayla hanya terdiam mendengar ucapan sahabatnya, di dalam hati Nayla berharap apa yang dikatakan Mia itu benar.
            Hari ini merupakan hari terakhir kegiatan MOS berlangsung. Nayla yang sedari awal sudah merasa bosan karena menurutnya tidak ada yang menarik dari kegiatan ini.
            Ugh…membosankan sekali,” Nayla masih saja menggerutu, tapi entah karena apa ucapan Mia kemaren terngiang di telinganya. Sebenarnya di dalam hati Nayla membenarkan ucapan Mia, hanya saja ia masih belum bisa menghapus Aldo dari pikirannya.
 Cukup lama Nayla melamun, ia pun memalingkan pandangannya dan berjalan ke luar kelas.
            ”Sudah delapan kali gue pacaran, tapi nggak ada satupun yang bertahan, gue pengennya bisa bertahan lama sama satu cowok, tapi kenapa nggak ada yang bisa?” Nayla merasa begitu sedih, sudah kedelapan kali ia pacaran tapi tidak ada yang bisa bertahan lebih dari satu bulan. Nayla merasakan kepalanya pusing, dan ia segera mencari tempat untuk duduk.
            ”Aduh kepala gue kok pusing sekali? Mungkin karena gue terlalu stress mikirin kenyataan hidup gue.”  Nayla kini tengah asik berbicara dengan dirinya sendiri, sampai pada saat…..
            ”Permisi, kamu nggak apa-apa?” Tanya seseorang kepadanya.
Nayla mendongak dan sesaat merasa ada kelainan pada jiwanya.

     

Tidak ada komentar:

Posting Komentar