Hari ini
Nayla mendelik malas dari tempat tidur, uuuh… hari yang sangat tidak
diinginkannya pun datang. Nayla sangat tidak siap untuk menjalani hari barunya,
ya..karena tidak ada Aldo disana (cowok yang sudah bikin dia tergila-gila
sekaligus sakit hati).
”Oke,,
ini hari pertama gue menginjakkan kaki di sekolah menengah atas(SMA),” sungut
Nayla dengan gaya khasnya. Nayla yang masih sibuk menggerutu dan menyumpahi
dirinya yang dianggapnya begok karena tidak bisa mempertahankan cowok yang
dicintainya.
”Woii…pagi
begini sudah masem aja tampang lo,” teriak Mia sahabat Nayla sejak SMP.
”Daripada
kayak begitu mendingan kita buruan ngedaftar ntar keburu rame, lo nggak mau kan
gagal jadi anak SMA?” Nayla dengan wajah polosnya menggelengkan kepalanya.
”Kalau
gitu buruan!” Dengan sangat malas Nayla mengikuti langkah sahabatnya, maklumlah
ini hari pertama dimana siswa-siswi yang telah tamat SMP mendaftar untuk
melanjutkan studinya ke jenjang yang setingkat lebih tinggi (SMA).
Berbagai persyaratan untuk dapat masuk ke SMA
yang diidamkan tentu membutuhkan perjuangan. Seperti Nayla dan Mia yang rela
antre seharian demi menunggu nama mereka dipanggil dan didaftarkan sebagai
siswi baru di SMA CARMETTA , yang merupakan SMA favorit.
”Gila,
begini banget ya penderitaan untuk bisa masuk disekolah ini,” gerutu Mia.
“Ya
sudahlah! yang penting sekarang kita sudah resmi diterima,” sela Nayla mencoba
menenangkan sahabatnya yang sibuk menggerutu.
”Besok
jangan sampai telat dateng! Dan juga persyaratan buat MOS besok ada kan lo
catet?” Tanya Nayla pada sahabatnya yang memang pelupa.
”Ada
kok, tenang aja besok gue nggak bakalan telat,” jawab Mia.
ΦΦΦ
Hari
yang dimaksud pun tiba, hari dimana siswa-siswi baru berkumpul untuk
mengikuti kegiatan MOS di SMA CARMETTA.
”Pagi
Nay,” sontak Nayla kaget, melihat sohibnya Mia sudah nongol pagi-pagi
dirumahnya.
”Eeh…ada
apa nih, pagi begini lo sudah nyamperin gue, bukannya langsung ke sekolah?”
”Gini
prend, gue sengaja ke rumah lo biar bisa bareng, sekalian gue minta
petenya dong? Nyokap gue nggak sempat beli!” (Yah,,pete salah satu syarat yang
diajukan sekolah dalam perlengkapan MOS).
”Ye..maunya.
Ya sudah ambil aja sendiri di dapur!” Celetuk Nayla sambil nyengir melihat
tingkah pola sohibnya itu.
Nayla
dan Mia sudah sejak SMP berteman dan mereka tidak dapat dipisahkan, apalagi
Nayla semenjak kejadian itu ia hanya menganggap Mia sebagai satu-satunya
sahabat yang dapat ia percaya.
”Yuk
berangkat! Ntar telat. E…apa semuanya sudah lo bawa?” Sekali lagi Nayla
berusaha mengingatkan sahabatnya.
”Sudah
bos, beres,!” Jawab Mia sambil berkacak pinggang. Nayla sangat bahagia bila
melihat tingkah sahabatnya yang satu ini.
Sesampainya
di SMA CARMETTA……
”Uuh..gue
nervous banget nih, rasanya asing banget,” Nayla tidak dapat
menyembunyikan rasa canggungnya.
”Tenang
aja, ini cuma permulaan, selanjutnya….Here we go!” Mia berusaha meyakinkan
Nayla sahabatnya, dan itulah salah satu sikapnya yang membuat Nayla bangga
punya sahabat sepertinya, yaitu sikapnya yang pemberani dan pede.
ΦΦΦ
Kegiatan MOS segera dimulai, siswa-siswi baru
segera disuruh berkumpul di lapangan untuk menyaksikan Apel pagi yang
disampaikan oleh kepala sekolah. Yap…sekarang Nayla telah menempati kelas
barunya bersama Mia.
”Gue
nggak nyangka kalau kita sekelas lagi,” kata Mia bahagia, dan Nayla
hanya membalasnya dengan sedikit tarikan dibibir. Dia tak bersemangat meskipun
sebenarnya Nayla sangat senang bisa sekelas lagi dengan sahabatnya itu, dan
sekarang seluruh isi kepalanya hanya dipenuhi bayangan Aldo.
Tak lama kemudian seseorang memasuki
kelas mereka.
”Selamat
pagi anak-anak,” kata guru yang kini sedang berdiri di depan kelas. ”Perkenalkan saya guru yang akan
membimbing kalian dihari pertama kegiatan MOS ini. Nama saya Melinda, panggil
saja saya bu Linda!”
Satu
jam kemudian….
”Baiklah
waktu pengarahan telah habis, dan sekarang kalian akan dibimbing oleh para
kakak senior, saya pamit selamat menikmati kegiatan MOS kalian,” Bu Linda
berpamitan dengan siswa-siswi barunya dan pergi meninggalkan kelas. Tak lama
kemudian, dua orang kakak senior memasuki kelas kami, merekapun membimbing kami
dengan baik, sampai kegiatan pun berakhir.
”Aaah….capek
juga ya seharian ngikutin kegiatan MOS ini,” teriak Mia.
”Yah
tepat dugaan gue, nggak akan ada yang menarik dari kegiatan ini, apalagi nggak
ada Aldo,” Mia melototkan kedua matanya mendengar kalimat yang dilontarkan
Nayla.
”Ya
ampun Nay, sadar dong lo! Aldo itu sudah nyakitin lo, dia sudah ninggalin lo!
Lo itu nggak seharusnya masih memikirkan dia, cowok yang sudah mengkhianati
lo!” Mia berusaha meyakinkan Nayla untuk melupakan Aldo karena Aldo dimata Mia
hanyalah seorang pecundang yang tega menyakiti hati sahabatnya. “Dan gue yakin
banget lo pasti akan menemukan kebahagiaan di sini meski tanpa Aldo.”
Nayla hanya terdiam mendengar ucapan sahabatnya, di dalam hati Nayla
berharap apa yang dikatakan Mia itu benar.
Hari
ini merupakan hari terakhir kegiatan MOS berlangsung. Nayla yang sedari awal
sudah merasa bosan karena menurutnya tidak ada yang menarik dari kegiatan ini.
”Ugh…membosankan
sekali,” Nayla masih saja menggerutu, tapi entah karena apa ucapan Mia kemaren
terngiang di telinganya. Sebenarnya di dalam hati Nayla membenarkan ucapan Mia,
hanya saja ia masih belum bisa menghapus Aldo dari pikirannya.
Cukup
lama Nayla melamun, ia pun memalingkan pandangannya dan berjalan ke luar kelas.
”Sudah
delapan kali gue pacaran, tapi nggak ada satupun yang bertahan, gue pengennya
bisa bertahan lama sama satu cowok, tapi kenapa nggak ada yang bisa?” Nayla
merasa begitu sedih, sudah kedelapan kali ia pacaran tapi tidak ada yang bisa
bertahan lebih dari satu bulan. Nayla merasakan kepalanya pusing, dan ia segera
mencari tempat untuk duduk.
”Aduh
kepala gue kok pusing sekali? Mungkin karena gue terlalu stress mikirin
kenyataan hidup gue.” Nayla kini tengah
asik berbicara dengan dirinya sendiri, sampai pada saat…..
”Permisi,
kamu nggak apa-apa?” Tanya seseorang kepadanya.
Nayla mendongak dan sesaat merasa ada
kelainan pada jiwanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar